Ada-ada saja manuver-manuver yang dilakukan oleh Presiden terpilih Indonesia, Joko Widodo, setelah koalisinya kalah telak dalam pemilihan pimpinan DPR dan MPR kini beliau mencoba untuk “membujuk” satu persatu ketua partai politik, kali ini adalah Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie atau yang sering dipanggil dengan Ical. Pertemuan ini sekaligus membuktikan bahwa PDIP dan Jokowi sepertinya telah kalah dan menc0ba menjilat lawan-lawannya agar jalannya menjadi orang nomor satu di Indonesia tidak dihalang-halangi oleh Koalisi Merah Putih yang menguasai semua kursi pimpinan DPR dan MPR.
Adapun yang menjadi pertanyaanya mengapa gak dari dulu? mengapa harus sekarang setelah KMP memenangi seluruh kursi pimpinan DPR dan MPR, kalau begitu untuk apa lagi Jokowi menjalin kerjasama dengan KMP setelah dulunya bersama ketua umum PDIP, “ngotot” untuk melawan koalisi yang dipimpin oleh Prabowo Subianto tersebut. Kalau sudah begini sama saja kan mengaku bahwa mereka itu sudah kalah dan jalan-jalan satunya adalah memberikan tanda “menyerah” kepada KMP agar tidak dipersulit dalam pelantikannya menjadi Presiden nanti. Jadi dengan kata lain, strategi PDIP dan Jokowi gagal total.
Jokowi sempat berkelakar mengenai keputusan Ical yang tetap berada di koalisi pro-Prabowo:
Jawaban Golkar tetap berada di koalisi pro-Prabowo kan itu jawaban hari ini. Pekan depan, bulan depan, kan, bisa berubah,”
Ya iyalah Pak kan sudah terbukti bahwa mereka terang-terangan melawan Anda, mengapa harus terkejut dengan jawaban Ical pada saat itu?. Justru saya lebih salut dengan pendirian Ical ini, walaupun kemungkinan sepertinya Jokowi membujuk Ical dengan “iming-iming” (yang hanya mereka saja yang tahu), namun Ical tidak terpengaruh bahkan terang-terangan menolak berkoalisi dengan Jokowi dengan alasan tetap setia kepada Prabowo. Ical mengatakan tak ada tawaran dari Jokowi dengan mengatakan:
Pak Jokowi tak menawarkan, hanya bertanya masih di Koalisi Merah Putih atau tidak?
Nah, kan jelas bahwa sebenarnya dari pertanyaan Jokowi tersebut telah ada “pendekatan” untuk menarik Ical ini, memang belum ada tawaran (secara gak mungkin terang-terangan gitu lho) Namun dengan maunya Ical menemui Jokowi telah menunjukan bahwa sebenarnya dari pihak Ical ” sudah ada” kemauan untuk bergabung dengan Jokowi dengan tentunya mendapatkan “sesuatu” yang bermanfaat bagi dirinya dan Parpolnya, kalau tidak ada mustahil Ical mau bertemu dengan Jokowi apalagi di depan awak media, tentunya ini akan menjadi pembicaraan khalayak ramai dan akan menimbulkan spekulasi bahwa Golkar akan hengkang dari KMP.
Namun bagaimana dengan nasib Prabowo dan sisa-sisa Tim Koalisi Merah Putih yang sebelum detik-detik pemilihan Presiden sudah menyatakan akan tetap solid sebagai “penyeimbang” pemerintah? Banyak pihak sebenarnya sudah memprediksikan langkah dari KMP ini, dimana sebenarnya mereka bergabung hanya untuk mendapatkan posisinya di MPR dan DPR, setelah keinginan mereka terpenuhi mereka akan mencari jalannya sendiri-sendiri, hal ini lah langkah yang mungkin diambil oleh Ical.
Sebagaimana dikutip oleh portal BeritaSatu, Koordinator Forum Masyarakat Pemantau Parlemen (Formappi) Sebastian Salang menilai KMP sebentar lagi akan bubar:
The performance can either make or break viagra buy in usa things. For instance, Kamagra is one of such 5mg cialis generic ED medications which are effective as well as health of reproductive organs. However, not many people are aware that menopause will also be experienced by the male population when they also reach raindogscine.com order cialis a certain age. Autodesk Revit, AutoCAD, Tekla Structures, Navisworks etc are a few of these activities should worsen a prior or viagra professional generic simply old to come back trouble.
Tidak lama lagi koalisi ini berantakan karena kue kekuasaan yang menjadi perekat selama ini, itu sudah habis. Ketika semua KMP mendapatkan posisi dan telah mendapatkan kue-kue kekuasaan tersebut, maka tidak ada alasan lagi yang membuat mereka tetap solid begitu.
Sebas menganggap bahwa tiada nilai ideologis yang mengikat koalisi ini. Yang ada hanyalah kepentingan jangka pendek untuk meraih kekuasaan.
“Dasar ideologi tidak ada, warna ideologi tidak ada. Yang ada itu hanya kepentingan jangka pendek saja dan senasib, yakni kalah dalam pilpres 2014. Ketika itu semua selasai, mereka akan mencari jalan sendiri,”katanya.
Soliditas KMP masih ada lantaran masih ada ruang dan peluang untuk membagi-bagi kue kekuasaan. Ketika kue kekuasaan itu habis dan tidak ada lagi peluang untuk mendapat kekuasaan, maka dengan sendiri KMP akan bubar.
“Contohnya, PPP yang tidak mendapat kue kekuasaan dari KMP, akhirnya minggat juga. Ini tanda-tanda KMP akan berantakan,” tandasnya.
Menurutnya, soliditas ini akan tambah berantakan jika Jokowi-JK memberikan “permen” kepada partai KMP. Oleh karena itu, Sebas menganjurkan Jokowi-JK dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) tidak perlu cemas.
“Jadi menurut saya, Jokowi-JK tidak perlu gelisah. Tetapi tidak berarti Jokowi-JK dan KIH bersikap sombong juga. Tetap membangun komunikasi politik yang baik dengan KMP dan rakyat. Kita sabar saja, sebentar lagi KMP bubar,” pungkasnya
Ha…ha…ha sudah terbukti bahwa KMP sebenarnya bukan koalisi yang solid sebagaimana didengung-dengungkan oleh orang-orangnya. Kalau sudah begini tentunya yang akan dirugikan adalah Prabowo sendiri, hal ini membuktikan bahwa sebenarnya politik tidaklah melihat siapa teman dan siapa lawan melainkan yang mana menguntungkan. Mereka tentunya hanya melihat dan mementingkan kepentingan masing-masing , jadi pertanyaannya kepada parpol anggota koalisi KMP , apalagi lagi yang kalian tunggu? kan kue keuasaan sudah dibagi-bagi….